Prosa

Cerpen
karya: SUNARSIH ( 2007 112 068)
Kelas: VI.B

MENGEJAR MIMPI


Masih lekat di ingatan satria anak SMP yang memiliki tinggi badan 160cm bermata bulat, berhidung mancung dan berkulit kecoklatan siang itu satria menyaksikan sendiri dengan mata kepalannya. Ayahnya terbujur kaku tak bernyawa lagi karena sakit yang di deritanya, saat itu satria masih duduk di bangku kelas V SD . Ayah yang seharusnya menjadi tulang pungung keluarga, Kini telah tiada. Semenjak kejadian itu satria bekerja membanting tulang untuk menyambung hidup dan membantu meringankan beban ibunya yang bekerja sebagai buruh tani.walaupun tinggal di gubuk yang terbuat dari anyaman bambu berukuran panjang dan lebar 3x4 meter dengan atap rumah yang bocor namun Ia tak pernah mengeluh, setiap pagi satria selalu membangunkan warga dengan suara azan yang ia kumandangkan dimasjid yang ada tak jauh dari rumahnya, ia tak pernah lalai dalam mengerjakan sholat karena satria yakin kalau ia mendekatkan diri dengan sang pencipta maka Allah akan menunjukan kebesarannya.sepulang dari masjid -satria bergegas kepasar bukan untuk membeli jualan yang ada dipasar namun untuk bekerja sebagai kuli sayur. sayuran dari pedagang yang ada di mobil ia pikul, upah untuk satu karung sayur Cuma 700rupiah cukup lumayan untuk meringankan beban emak katanya, satria berhasil mengangkut 20 karung sayuran ia mendapat upah 14000 rupiah “ alhamduliah kata satria Allah telah memberiku rezeki hari ini”, 6000rupiah dari uang upahnya memikul sayuran tadi ia belikan beras.
Sepulang dari pasar satria bergegas pulang ke rumah untuk membersihkan badan dan memakai seragam SMP,” mak ini satria beli beras 3kg Mungkin cukup untuk kita makan satu minggu…” (mak meneteskan air mata mendengar perkataan satria).” Mak jangan menangis kata Satia, Satria ikhlas membantu emak…Satria berjanji Satria akan belajar dengan giat supaya kelak nasib kita bisa berubah”Satria menghapus air mata maknya dan mencium tangan maknya dan langsung berangkat ke sekolah di perjalanan Satria menemukan dompet berwarna coklat “ astaqpirulahhalazim….dompet siapa ini kata Satria ( sambil menoleh kekiri dan kanan) ah…aku ambil saja dompet ini katanya dari pada di ambil orang”( setelah di buka ternyata isi dompet itu membuat satria tercengang) haaaa………dilihatnya dompet yang berisi uang kurang lebih enam juta rupiah & beberapa kartu ATM ternyata dompet itu milik Pak Febrianto berdasarkan identitas yang ada dalam KTP dompet tersebut
” aku harus mengembalikan dompet ini kepada pemiliknya kata satria, tapi….....bagaimana aku mengembalikannya akukan tak tau yang mana pak Febrianto itu…karena di KTP itu alamat yang tertulis bukan alamat desa tempat tinggalnya
.( sambil mengaruk- garuk kepala aha….kata satria aku serahkan ke pak Kades saja dompet ini katanya di dalam hati)
satria pun menunda perjalanannya ke sekolah karena orang yang punya dompet ini pasti sedang bingung mencari dompetnya. Setiba di rumah pak Soleh Kepala Desa Banyu mas desa satria. Tok..tok..tok…., Assalammualaikum satria mengucapkan salam”, walaikumsalam kata bu Andin istri pak kades, eh…nak satria rupanya….kata bu Andin yang memiliki tinggi badan 155cm berkulit putih dan bermata sipit ini dengan ciri khasnya yang selalu memakai jilbab”ada perlu apa ya nak ? tanya bu Andin kepada satria.
Pak kades ada bu……..tanya satria” ada…eh masuk dulu sebentar ibu pangilkan dulu bapak ada di belakang” tak lama kemudian pak soleh keluar. Ada apa sat ………? Eh…begini pak tadi pagi saya menemukan dompet di jalan satria pun menunjukan dompet yang ia temukan kepada pak kades……wah banyak sekali uangnya….ucap pak kades, hem…dompet ini ternyata punya pak Febrianto ucap pak kades…..”. ya…sudah pak kalau bapak mengenalnya saya yakinkan saja pak kades yang mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya. Satria pamit pulang dulu ya pak….ujar satria
”. Ya…terima kasih ya nak kata pak kades”, sama – sama pak Asalamualaikum akhir kata dari satria walaikumsalam jawab pak kades
. Beberapa hari setelah kejadian satria menemukan dompet itu, tiba-tiba mak dikejutkan dengan kedatangan pak kades bersama beberapa orang. Selamat pagi buk sapa pak kades”, pagi pak …….,jawab bu yeni emaknya satria, ada urusan apa ya pak? Begini buk…eh.. kenalkan dulu buk..ini pak Febrianto beliau dari Jakarta, dua hari yang lalu satria menemukan dompet pak Febrianto dan sebagai tanda terima kasinya pak Febri ingin mengucapkan terimakasih secara langsug kepada Satria” tapi pak Satria sedang di sekolah mungkin sebentar lagi dia pulang”, kalau begitu buk kami tunggu saja …..ya silah kan masuk pak kalau mau menungu Satria kata mak beginilah pak tempak kami seadanya kata emak…..”.pak Febri liris melihat tempat tinggal satria dan emaknya tak lama kemudian Satria pulang, assalammualaikum kata satria, walaikumsalam jawaban serempak dari dalam gubuknya menjawab, hem…..ini pasti satria ya…? Ucap pak Febri, benar pak kata pak kades, Satria ini pak Febrianto yang dompetnya kau temukan kemaren”( Satria menyalami pak Febrianto dan duduk bersila….karena memang di tempak satria tidak mempunyai kursi) benar kamu yang menemukan dompet
bapak ? Tanya pak Febri” ia benar pak , tapi sedikitpun saya tidak menganbil uang dari dompet itu, jantung satria berdegup..degup” ya uang di dompet bapak memang masih utuh tak ada yang hilang” bapak kesini mau mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada satria, sekaligus bapak ingin mengangkat satria sebagai anak “ Tapi….bantah satria bagaimana dengan emak aku tak akan pernah mau pisah dengan emak”( satria memeluk emaknya erat- erat) kamu tenag saja kalau kamu bersedia nanti ibumu juga akan tinggal bersama kita karena bapak sudah 15 tahun menikah namun belum juga di karuniahi anak, istri bapak pasti akan senang karena kamu anak yang jujur. Emakmu nanti bisa membantu- bantu pekerjaan rumah karena istri bapak juga sibuk bekerja, untuk biaya sekolah nanti semuanya bapak yang tanggung sampai kamu kuliah, ALLAHHUAKBAR…. Mak langsung sujud syukur terima kasih pak atas kebaikan hati bapak, sejak saat itu satria dan emaknya tak lagi tinggal di desa mereka tinggal di kota bersama pak Febrianto dan Istrinya.

Sepuluh tahun kemudian satria tumbuh menjadi lelaki yang gagah yang dulu tingginya hanya 160cm sekarang memikiki tinggi badan 180cm. sekarang ia telah menjadi orang yang sukses setelah menyelesaikan S2nya di Amerika Satria pun bekerja di perusahaan ternama dan apa yang Satria mimpikan kini telah menjadi nyata.satria pun telah menghantarkan emaknya ke tanah suci …sesuai apa yang di impikan emak satrio yakni pergi haji.




MENGEJAR MIMPI


Masih lekat di ingatan satria anak SMP yang memiliki tinggi badan 160cm bermata bulat, berhidung mancung dan berkulit kecoklatan siang itu satria menyaksikan sendiri dengan mata kepalannya. Ayahnya terbujur kaku tak bernyawa lagi karena sakit yang di deritanya, saat itu satria masih duduk di bangku kelas V SD . Ayah yang seharusnya menjadi tulang pungung keluarga, Kini telah tiada. Semenjak kejadian itu satria bekerja membanting tulang untuk menyambung hidup dan membantu meringankan beban ibunya yang bekerja sebagai buruh tani.walaupun tinggal di gubuk yang terbuat dari anyaman bambu berukuran panjang dan lebar 3x4 meter dengan atap rumah yang bocor namun Ia tak pernah mengeluh, setiap pagi satria selalu membangunkan warga dengan suara azan yang ia kumandangkan dimasjid yang ada tak jauh dari rumahnya, ia tak pernah lalai dalam mengerjakan sholat karena satria yakin kalau ia mendekatkan diri dengan sang pencipta maka Allah akan menunjukan kebesarannya.sepulang dari masjid -satria bergegas kepasar bukan untuk membeli jualan yang ada dipasar namun untuk bekerja sebagai kuli sayur. sayuran dari pedagang yang ada di mobil ia pikul, upah untuk satu karung sayur Cuma 700rupiah cukup lumayan untuk meringankan beban emak katanya, satria berhasil mengangkut 20 karung sayuran ia mendapat upah 14000 rupiah “ alhamduliah kata satria Allah telah memberiku rezeki hari ini”, 6000rupiah dari uang upahnya memikul sayuran tadi ia belikan beras.
Sepulang dari pasar satria bergegas pulang ke rumah untuk membersihkan badan dan memakai seragam SMP,” mak ini satria beli beras 3kg Mungkin cukup untuk kita makan satu minggu…” mak meneteskan air mata mendengar perkataan satria, ” Mak jangan menangis kata satia, satria ikhlas membantu emak…satria berjanji satria akan belajar dengan giat supaya kelak nasib kita bisa berubah”satria menghapus air mata maknya dan mencium tangan maknya dan langsung berangkat ke sekolah di perjalanan satria menemukan dompet berwarna coklat “ astaqpirulahhalazim….dompet siapa ini kata satria ( sambil menoleh kekiri dan kanan) ah…aku ambil saja dompet ini katanya dari pada di ambil orang”( setelah di buka ternyata isi dompet itu membuat satria tercengang) haaaa………dilihatnya dompet yang berisi uang kurang lebih enam juta rupiah & beberapa kartu ATM ternyata dompet itu milik Pak Febrianto berdasarkan identitas yang ada dalam KTP dompet tersebut
” aku harus mengembalikan dompet ini kepada pemiliknya kata satria, tapi….....bagaimana aku mengembalikannya akukan tak tau yang mana pak Febrianto itu…karena di KTP itu alamat yang tertulis bukan alamat desa tempat tinggalnya
.( sambil mengaruk- garuk kepala aha….kata satria aku serahkan ke pak Kades saja dompet ini katanya di dalam hati)
satria pun menunda perjalanannya ke sekolah karena orang yang punya dompet ini pasti sedang bingung mencari dompetnya. Setiba di rumah pak Soleh Kepala Desa Banyu mas desa satria. Tok..tok..tok…., Assalammualaikum satria mengucapkan salam”, walaikumsalam kata bu Andin istri pak kades, eh…nak satria rupanya….kata bu Andin yang memiliki tinggi badan 155cm berkulit putih dan bermata sipit ini dengan ciri khasnya yang selalu memakai jilbab”ada perlu apa ya nak ? tanya bu Andin kepada satria.
Pak kades ada bu……..tanya satria” ada…eh masuk dulu sebentar ibu pangilkan dulu bapak ada di belakang” tak lama kemudian pak soleh keluar. Ada apa sat ………? Eh…begini pak tadi pagi saya menemukan dompet di jalan satria pun menunjukan dompet yang ia temukan kepada pak kades……wah banyak sekali uangnya….ucap pak kades, hem…dompet ini ternyata punya pak Febrianto ucap pak kades…..”. ya…sudah pak kalau bapak mengenalnya saya yakinkan saja pak kades yang mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya. Satria pamit pulang dulu ya pak….ujar satria
”. Ya…terima kasih ya nak kata pak kades”, sama – sama pak Asalamualaikum akhir kata dari satria walaikumsalam jawab pak kades
. Beberapa hari setelah kejadian satria menemukan dompet itu, tiba-tiba mak dikejutkan dengan kedatangan pak kades bersama beberapa orang. Selamat pagi buk sapa pak kades”, pagi pak …….,jawab bu yeni emaknya satria, ada urusan apa ya pak? Begini buk dua hari yang lalu satria menemukan dompet pak Febrianto dan sebagai tanda terima kasinya pak Febri ingin mengucapkan terimakasih secara langsug kepada satria” tapi pak satria sedang di sekolah mungkin sebentar lagi dia pulang”, kalau begitu buk kami tunggu saja …..ya silah kan masuk pak kalau mau menungu Satria kata mak beginilah pak tempak kami seadanya kata emak…..”.pak Febri liris melihat tempat tinggal satria dan emaknya tak lama kemudian Satria pulang, assalammualaikum kata satria, walaikumsalam jawaban serempak dari dalam gubuknya menjawab, hem…..ini pasti satria ya…? Ucap pak Febri, benar pak kata pak kades, Satria ini pak Febrianto yang dompetnya kau temukan kemaren”( Satria menyalami pak Febrianto dan duduk bersila….karena memang di tempak satria tidak mempunyai kursi) benar kamu yang menemukan dompet bapak ? Tanya pak Febri” ia benar pak , tapi sedikitpun saya tidak menganbil uang dari dompet itu, jantung satria berdegup..degup” ya uang di dompet bapak memang masih utuh tak ada yang hilang” bapak kesini mau mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada satria, sekaligus bapak ingin mengangkat satria sebagai anak “ Tapi….bantah satria bagaimana dengan emak aku tak akan pernah mau pisah dengan emak”( satria memeluk emaknya erat- erat) kamu tenag saja kalau kamu bersedia nanti ibumu juga akan tinggal bersama kita karena bapak sudah 15 tahun menikah namun belum juga di karuniahi anak, istri bapak pasti akan senang karena kamu anak yang jujur. Emakmu nanti bisa membantu- bantu pekerjaan rumah karena istri bapak juga sibuk bekerja, untuk biaya sekolah nanti semuanya bapak yang tanggung sampai kamu kuliah, ALLAHHUAKBAR…. Mak langsung sujud syukur terima kasih pak atas kebaikan hati bapak, sejak saat itu satria dan emaknya tak lagi tinggal di desa mereka tinggal di kota bersama pak Febrianto dan Istrinya.

Sepuluh tahun kemudian Satria tumbuh menjadi lelaki yang gagah yang dulu tingginya hanya 160cm sekarang memikiki tinggi badan 180cm. sekarang ia telah menjadi orang yang sukses setelah menyelesaikan S2nya di Amerika Satria pun bekerja di perusahaan ternama dan apa yang Satria mimpikan kini telah menjadi nyata.Satria pun telah menghantarkan emaknya ke tanah suci …sesuai apa yang di impikan emak satrio yakni pergi haji.

**SELESAI**

OLEH: SUNARSIH






















Mentari mulai menyinari bumi, kendaraan pun mulai terlihat sibuk seperti mobil, motor yang tampak di atas jembatan Ampera yang terbentang di atas sungai Musi nampak speed boot serta ketek dan lain – lain yang membawa penumpangnya.
”Aku duduk di tepi sungai musi tepatnya di Benteng kuto besak yang tak jauh dari Ampera.
Kemudian ada seorang anak kecil yang kira- kira berumur 9 tahun, ia berkulit hitam dan berambut kriting, dia memakai baju berwana kuning yang sudah nampak lusuh dan celana lepis yang kelihatan satu minggu tak dicuci, ia menawarkan dagangannya kepadaku...”
”Kak koran ...kak........!
Tawar anak itu padaku, aku pun membeli koran jualan anak itu, lalu kutanya dia, namamu siapa........? Rozzi jawabnya singkat.
Sudah lama dik........, jualan koran? Baru dua bulan kak...., jawabnya
Kamu tidak sekolah ? tanyaku padanya.
Sekolah kak tapi siang, kalau pagi seperti ini aku jualan koran, lumayan kak untuk meringankan beban ayahku...., siangnya aku baru ke sekolah”
Memang Ayahmu bekerja apa?
Kuli keranjang kak......, aku jualan koran untuk meringankan beban Ayah, walaupun hasil penjualan koran ini tak seberapa, setidaknya untuk uang jajan, aku tidak lagi minta dengannya.
”Aku kagum dengan sosok anak yang satu ini ucapku dalam hati, walaupun dia masih kecil namun cara berpikirnya tak sekecil badanya, tak seperti kebanyakan anak- anak sebayanya yang kadang hanya tahu ada, namun tak tahu bagaimana sulitnya mencari uang, serta anak- anak yang kurang mampu lainnya, yang meminta rasa belas kasihan kepada orang dengan memasang muka memelas, namun terlihat merendahkan harkat dan martabat dirinya.
Tak lama kemudian anak itu berlalu dariku, ia melanjutkan aktivitasnya engan berjualan koran, ku pandangi dia sampai tak lagi tampak di mataku, setelah dia berlalu kemudian...., seorang pengamen menghampiriku...., sebenarnya aku jengkel melihatnya, kondisi dan keadaannya yang masih mampu untuk bekerja.
”Aku pun pergi meninggalkannya.
Entah mengapa tak lama kemudian aku melihat seorang anak kecil menangis, te rseduh- seduh........., kudekati dia, nampaknya aku kenal dia, oh........anak itukan yang menjula koran denganku tadi.
Rozzi kamu kenapa? ( tanggan Rozi masih memegang beberapa koran jualanya)
Aku.........aku...., hiks.........hiks..........., sambil menangis ia menjawab tanyaku, uangku hilang, kak .........!
Bagaimana bisa hilang???............”
Tadi aku meletakan uang hasil jualanku di kantong belakang celanaku, tanpa ku sadari kalau kantong celanaku bolong, uang itu terjatuh entah dimana..........”
Hu...hu............tangisnya kembali pecah.
Yang sabar ya dik, aku berusaha untuk menghiburnya.
Tapi, bagaimana aku menganti uang penjualan koran ini, kak.....?, sedangkan aku hanya menjualkan koran dari pak Yandi, dari penjualan koran ini, aku mendapat upah darinya 500 Rupiah untuk satu hasil penjualan koran yang laku........!
Memang uang penjualan koran itu berapa? Tanyaku pada Rozzi..........”
25000 Rupiah kak, katanya.
Sudah kalau begitu kau jangan menangis lagi kakak akan menganti uang mu yang hilang tadi.
”Ku berikan uang tiga puluh ribu rupiah kepada Rozzi.
”Nggak .......usah, kak nanti kalau Ayahku tahu aku dapat uang dari orang lain pasti ia akan sangat marah padaku, bisa- bisa aku di pukulnya.
Ambillah, kamu kan tidak minta tapi kakak ikhlas memberikan uang ini”
Terima kasih kak, tapikan masih lebih lima ribu........”
Ambil saja jawabku, buat kamu jajan, wah........asyik sekali lagi terima kasih ya....., ternyata masih ada orang kaya yang berhati mulia seperti kakak, semoga Allah membalas budi baik kakak, kata Rozzi.
Sama........sama, jawabku.
Diapun pergi meninggalkanku dan aku pun membayangkan seandainya aku jadi dia, dapatkah aku sekuat dirinya, yang masih kecil harus menjalani kerasnya hidup.


***Selesai***

Oleh: Sunarsih
















NENEK, MALAM, DAN ESOK

Nenek suka duduk di teras rumah. Menikmati angin malam. Memandangi daun dan ranting yang berjatuhan di halaman rumah. Sebentar lagi, saat matahari padam. Nenek akan segera memanngilku. Menyuruhku menyapu daun – daun itu...mengumpulkan, lalu membakarnya. Dari ruang belakang, aku sudah menungu panggilan nenek. Namun, meskipun matahari sudah terbenam, nenek belum juga memangilku. Ingin rasanya aku berjalan ke depan. Menghampiri nenek. Dan mengerjakan apapun yang diperintahkannya. Namun, aku masih menahan diri untuk beberapa waktu hingga sampai dua puluh menit pun berlalu. Suasana senja kini berubah menjadi gelap. Begitu langkahku sampai teras rumah, aku mendapati nenekku sedang melamun. Entah apa yang ia pikirkan?”aku menghampiri nenek.
Nenek, ucapku dengan pelan.
Sekilas nenek tampak terkejut. Tetapi setelah dia tahu yang datang adalah aku, nenek tersenyum, tipis setipis kulit bawang.
” cucuku jika nanti nenek meninggal kamu jangan bersedih”
” jangan bicara seperti itu Nek..”
sudah hampir malam, Nek, mengapa nenek belum masuk?”
“Nenek masih ingin diluar, Nisa panggil nenek padaku. Nenek suka melihat bintang – bintang di malam indah ini dan menikmati hembusan angin, nenek suka melihat daun – daun yang di bakar..!
Nenek seperti menghayati sekali.” Nenek terdiam.
”Nenek bisa jatuh sakit bila terlalu lama di luar. Apalagi terkena angin malam.”
” Jangan terlalu mengkhawatirkan nenek, Nisa.Tapi, baiklah. Antar nenek kekamar.”
Kubantu nenekku bangkit dari kursi di teras rumah, setelah mengantar nenek ke kamarnya, aku segera mengunci pintu rumah, aku langsung masuk kedalam kamarku dan kunyalakan radio sambil membaca novel.
Nenek penuh perhatian. Jika malam menjemput nenek jarang mengganguku untuk menyuruh atau minta tolong denganku. Hanya sesekali nenek memangilku untuk di antar kekamar mandi buat mengambil air wuduh itu pun memang aku yang memintanya untuk mengantarnya kekamar mandi karena aku takut nenekku, yang sudah tua terpeleset dikamar mandi. Hampir lima belas tahun, aku menemani Nenek. Dia telah ku anggap sebagai ibuku sendiri, semenjak ayah dan ibu meninggal aku di besarkan oleh Nenek.
”Nenek sudah sering sakit – sakitan, aku tak mau jika harus kehilangan nenek, karena aku tak punya siapa- siapa lagi selain dirinya.
Saat pagi menjelang ku panggil nenek.
Nek ..., nenek..ku sayang, sarapan nek.
Namun tak ada jawaban dari kamar.
Saatku hampiri kamar nenek, ku pegang tanggannya, tanggannya begitu dingin, oh.....Tuhan, air mataku pun tak dapat aku tahan ........”
Ternyata nenek yang sangat aku cintai telah pergi untuk selama – lamanya.
Setelah pemakaman nenek selesai aku tinggal bersama bik Manda tetangga dekat rumahku dia begitu baik padaku, sepeninggal suaminya dia tinggal sendirian jadi, bu Manda mengangkatku sebagai anaknya, dia pu membiayai sekolahku hingga aku duduk di bangu perguruan tinggi.
SELESAI

Oleh : Sunarsih


“Hidup Untuk Setia dan Tabah dakam Derita”

Dinar, begitu adikku biasa disapa, sejak kecil sampai remaja biasa hidup wajar. Mulai tahun 1988, muncul masalah dalam persendian lutut -kanannya. Ia merimgis – ringis kesakitan jika harus menahan beban tubuhnya, harus hati – hati saat menaiki tangga sekolah di sebuah SMA.
“Teman – teman sampai memanggilku Nenek karena aku berjalan pelan – pelan,” papar Dinar. Derita itu kian menderanya sewaktu ia menjadi mahasiswi tahun 1989. ia menderita penyakit yang menyebabkan kadar darah dalam tubuhnya turun jauh dari normal. Derita itu sepertinya berujung pada akhir hidupnya. Tak urung bapaknya pun menggumpulkan sekuruh anggota keluarga dan mengingatkan kami semua bersiap kedilangan Dinar.
Puji Tuhan, ia masih diberi hidup tetapi hidupnya serasa hanya untuk merasakan berita. Bahkan, pada mei 1993, tidak hanya darah yang diserang, ginjalnya pun mengalami kebocoran. Namun, yang membuat kami terharu adalah ketabahan dan kepasrahannya untuk menderita. Dia tetap melanjutkan kuliahnya sampai menyelesaikan KKN.
“saya menderita penyakit yang produksi zat kekebalan tubuh tidak terkontrol sehingga berlebihan. Akhirnya, saat serangan penyakit datang, justru antibody itu menyerang organ lainnya yang sehat,” tulis Dinar dalam buku hariannya.
Dinar memang berusaha untuk memaknai semuannya itu sebagai ujian hidup. Hal itu selalu ia katakana kepada anggota keluarga yang menemaninya. Hanya saja, ia merasa semakin tidak paham apa yang dikehendaki Tuhan, ketika pada Agustus 1993, saraf – sarafnya terserang. Akibatnya, ia mengalami kelumpuhan anggota badan sebelah kiri.
“mengapa aku mengalami ini?” begitu katanya setengah mengeluh kepada kami.
Rumah sakit bagaikan rumah kedua baginya. Terlebih lagi pada November 1995, saat paru – parunya diserang antibodi di tubuhnya sehingga terjadi infeksi dan sesak nafas. Ia pun harus istirahat total selama 3 bulan sampai Februari 1996.
Praktis hidupnya dijalani di tempat tidur rumah sakit. Penghiburan terbesar didapat dari sahabat – sahabatnya yang berkunjung. Meraka bercerita, membawa makanan kecil, majalah, radio,dan mendoakannya. Ia banyak mengumbar senyum. Semua itu diterimanya dengan senang. Saat mendapat sedilkit kesehatan, Dinar pun menyempatkan diri berkeliling kota bersama ibu dan petugas rumah sakit dengan taksi.
Penderitaan telah dirasakan lebih dari 15 tahun dan serasa tak ada ujungnya.Dinar berusaha untuk tabah dan menerima semuanya itu sebagai anugerah yang harys disyukuri. Akan tetapi, Dinar sadar, ia adalah manusia yang penuh dengan kekurangan. Akhirnya ia memilih untuk menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.
Doa dan harapan kami sekeluarga agar Dinar sembuh serasa tak didengar Tuhan. Namun, Tuhan menunjukkan cara-Nya sendiri dengan memanggil Dinar di pangkuan-Nya pada 10 Oktober 2004.
(Dikutip dari: Utusan, No.1,Th. Ke -56, Januari 2006)



Nama : Sunarsih
Npm : 2007 112 068
Jurusan : Bahasa dan seni
Program studi : Bahasa Indonesia
Semester/ kelas : 6/ B
Mata kuliah : Melulis Karya Sastra
Dosen : Muhammad Nasir, S.Pd.

Jangan Menyerah
Mentari mulai menyinari bumi, kendaraan pun mulai terlihat sibuk seperti mobil, motor yang tampak di atas jembatan Ampera yang terbentang di atas sungai Musi nampak speed boot serta ketek dan lain – lain yang membawa penumpangnya.
”Aku duduk di tepi sungai musi tepatnya di Benteng kuto besak yang tak jauh dari Ampera.
Kemudian ada seorang anak kecil yang kira- kira berumur 9 tahun, ia berkulit hitam dan berambut kriting, dia memakai baju berwana kuning yang sudah nampak lusuh dan celana lepis yang kelihatan satu minggu tak dicuci, ia menawarkan dagangannya kepadaku...”
”Kak koran ...kak........!
Tawar anak itu padaku, aku pun membeli koran jualan anak itu, lalu kutanya dia, namamu siapa........? Rozzi jawabnya singkat.
Sudah lama dik........, jualan koran? Baru dua bulan kak...., jawabnya
Kamu tidak sekolah ? tanyaku padanya.
Sekolah kak tapi siang, kalau pagi seperti ini aku jualan koran, lumayan kak untuk meringankan beban ayahku...., siangnya aku baru ke sekolah”
Memang Ayahmu bekerja apa?
Kuli keranjang kak......, aku jualan koran untuk meringankan beban Ayah, walaupun hasil penjualan koran ini tak seberapa, setidaknya untuk uang jajan, aku tidak lagi minta dengannya.
”Aku kagum dengan sosok anak yang satu ini ucapku dalam hati, walaupun dia masih kecil namun cara berpikirnya tak sekecil badanya, tak seperti kebanyakan anak- anak sebayanya yang kadang hanya tahu ada, namun tak tahu bagaimana sulitnya mencari uang, serta anak- anak yang kurang mampu lainnya, yang meminta rasa belas kasihan kepada orang dengan memasang muka memelas, namun terlihat merendahkan harkat dan martabat dirinya.
Tak lama kemudian anak itu berlalu dariku, ia melanjutkan aktivitasnya engan berjualan koran, ku pandangi dia sampai tak lagi tampak di mataku, setelah dia berlalu kemudian...., seorang pengamen menghampiriku...., sebenarnya aku jengkel melihatnya, kondisi dan keadaannya yang masih mampu untuk bekerja.
”Aku pun pergi meninggalkannya.
Entah mengapa tak lama kemudian aku melihat seorang anak kecil menangis, te rseduh- seduh........., kudekati dia, nampaknya aku kenal dia, oh........anak itukan yang menjula koran denganku tadi.
Rozzi kamu kenapa? ( tanggan Rozi masih memegang beberapa koran jualanya)
Aku.........aku...., hiks.........hiks..........., sambil menangis ia menjawab tanyaku, uangku hilang, kak .........!
Bagaimana bisa hilang???............”
Tadi aku meletakan uang hasil jualanku di kantong belakang celanaku, tanpa ku sadari kalau kantong celanaku bolong, uang itu terjatuh entah dimana..........”
Hu...hu............tangisnya kembali pecah.
Yang sabar ya dik, aku berusaha untuk menghiburnya.
Tapi, bagaimana aku menganti uang penjualan koran ini, kak.....?, sedangkan aku hanya menjualkan koran dari pak Yandi, dari penjualan koran ini, aku mendapat upah darinya 500 Rupiah untuk satu hasil penjualan koran yang laku........!
Memang uang penjualan koran itu berapa? Tanyaku pada Rozzi..........”
25000 Rupiah kak, katanya.
Sudah kalau begitu kau jangan menangis lagi kakak akan menganti uang mu yang hilang tadi.
”Ku berikan uang tiga puluh ribu rupiah kepada Rozzi.
”Nggak .......usah, kak nanti kalau Ayahku tahu aku dapat uang dari orang lain pasti ia akan sangat marah padaku, bisa- bisa aku di pukulnya.
Ambillah, kamu kan tidak minta tapi kakak ikhlas memberikan uang ini”
Terima kasih kak, tapikan masih lebih lima ribu........”
Ambil saja jawabku, buat kamu jajan, wah........asyik sekali lagi terima kasih ya....., ternyata masih ada orang kaya yang berhati mulia seperti kakak, semoga Allah membalas budi baik kakak, kata Rozzi.
Sama........sama, jawabku.
Diapun pergi meninggalkanku dan aku pun membayangkan seandainya aku jadi dia, dapatkah aku sekuat dirinya, yang masih kecil harus menjalani kerasnya hidup.
***Selesai***






















KUMPULAN CERPEN

MIMPIKU
OLEH: RINI ANGGRAINI

Dubraakkkk...
“aduh...”
“Maaf saya gak sengaja” suara lembut itu memaksa ku mengangkat wajah.. ya ampun... cakepnya pekikku dalam hati.. Astgfirullah gak boleh ganjen gini, batinku berbicara...
“ya gak papa” huh hari ini ketemu laki-laki ganteng, aneh kok selama tiga tahun di sekolah gak pernah liat dia ya....
“door..mikirin apa nih???
“eh.. Dan gak mikirin apa-apa kok,, gimana Dan jadi hari ni belajar bareng??”
“ialah Rhien, seminggu lagi kita kan ujian, semangat!!!!!”
“he..he..he.. seneng banget mau ujian, seneng ya mau pisah sama ien? Oh ya kt belajarnya di rumah putri ya..
Anehhhh kenapa masih deg-degan ya...apa jatuh cinta pada pandangan pertama ya, he..hee.. Maklum aku kan digelarin cewek jomblo sejati karena dari SD sampai mau tamat SMA masih aja jomblo,,,,tapi laki-laki itu siapa ya?
“eh..sih ien ni ngelamun terus, mikirin apa buk? Ni kenalin Furqon anak IPA 3, sekaligus temen putri dari kecil”
“ya ampun,,inikan cowok tadi..pekik ku girang dalam hati...
“baru pindah ya put,,,”
“kemana aja neng, dia mah dari kelas satu dah sekolah di sini. Dia temen baik ku kami dah temenan dari kecil loh..” Jelas Putri, ada sedikit rasa cemburu menggelayuti hati ku..
Ujian pun tiba kami siswa kelas tiga sibuk mengahadapi ujian, imbasnya aku tak dapat melihat pujaan hatiku.....Dan yang paling membuatku kaget Furqon mau kuliah di luar kota.....
“Qon, kamu mau kuliah di UI ya??? Gak kejauhan???”
“Enggak lah Rhien, itu sudah jadi cita-cita ku”
“Ambil jurusan apa??”
“Tehnik Kimia Rhien..kalau aq libur kita kumpul-kumpul lagi ya”
Itulah pertama kalinya dan terakhir aku berbicara dengan Furqon....Selama ini aku mencintainya dalam diam..selama ini aku hanya bisa mencuri pandang padanya.....selama ini yang bisa kulakukan hanya memandangnya dari jauh...


Drettt...dretttt...drettt.....
Getar HP mengagetkan lamunan ku akan masa lalu ku, akan cinta pertama ku yang tak pernah tau kalau aku mencintainya....tapi anehnya sudah tiga tahun setengah berlalu tapi aku tak pernah bisa melupakannya ...ya kalau jodoh gak kemana pikir ku...
Furqon..apakah kita akan bertemu lagi,,apakah kita akan berjodoh..apakah kau mencintai ku..kenapa cinta ini sungguh menyiksa...he..he... bener kata orang cinta terpedam itu sungguh tersiksa...
“Rhien,,,,,” pekik Sisi mengagetkanku
“aneh deh Rhien nih seneng banget ngelamun,,,Tapi yang bikin aku aneh lagi kamu itu betah banget ngejomblo ya??”
“Si...aku gak bisa ngelupain Furqon...”
“Sadar Rhien,,,Furqon itu gak pernah tau kalau kamu suka dia..Lagian masih banyak tuh cowok lain di dunia ini,,Emang kamu mau selamanya jadi perawan tua...”
“Tau-tau...Yuk katanya mau ngurus skripsi?”
“Aneh kalau cinta kenapa gak langsung kasih tau,,,”
“Siiii.... aku sudah punya prinsip gak akan pacaran sebelum menikah...aku ingin seperti Ali dan Fatimah yang saling memendam rasa cintanya, dan kemudian disatukan oleh Alllah”
“Mulai kumat deh...ceramah lagi..ceramah lagi..”
“aku serius Sii,”
“ya udah, kita ke book fair yuk!!! Lagi diskon gila-gilaan,,lumayan nambah referensi untuk skripsi kita...Tapi Rhien Furqon dah wisudah ya?”
“Setau ku dia sudah tamat setengah tahun yang lalu..Sudahlah Si bisa gak?? Gak usah ngungkit Furqon...”
“siap..mami”

Matahari seolah mendidihkan otak di tempurung kepala ku..Ia ingin menunjukan kegarangannya...Peluh pun mengucur deras...Dan seperti dugaan ku Book Fair dipadati oleh ratusan orang..
“Si...Rame banget,,”
“Namanya juga ajang diskon,,Ayo kalau gak cepet kita gak dapet nih bahan untuk skripsi...”
“Terimah kasih”
Degggg...Degg.....
Suara itu, suara Furqon batin ku berbicara.....Tanpa pikir panjang aku langsung mencari dari mana asal suara itu..Tapi terlambat sosok itu sudah pergi menghilang dihembus angin....Mustahil!!!! Gak mungkin dia....Aduh... kenapa aku ini..Kenapa tidak pernah bisa menghapus bayangnya dalam hidup ku.....
“Sisi... udah belum cari bukunya ...kepalaku pusing..Pulang yuk....”
“Ya udah kita pulang..”

Ku hempaskan badan ku di kasur kesayangan ku...dan kuputar lagu untuk menemani kesepian ku...semangat!!! hidup harus berjalan Rhien....Kamu harus melupakannya...batin ku berbicara.
Hari pun berlalu...ku coba melupakanya...dan merancang masa depan ku..
Uhhhhh mana sih Sisi katanya mau ketemuan jam 10 nih sudah jam 11..Dasar miss ngaret.....
Siiiiiittttttt...Sebuah mobil hitam berhenti tepat di hadapan ku..
Siapa ya pikir ku...Lalu kaca mobil pun diturunkan..Jantung ku pun seakan berhenti...FURQON.....
“Rhien,,bener ya Rhien...Mau kemana?? “
“Mau ke kampus Qon,,tapi sekarang lagi nunggu temen...”
“oh..mau bareng gak???”
“gak usah ntar ngerepotin..”
“Enggak kok.. sekalian Furqon juga mau kerja...”
“ah..kerja..kerja dimana Qon”
“Di salah satu perusahaan swasta”
“bener gak mau bareng Rhien??”
“ya gak papa Rhien bareng temen aja..”
“oh ya,,,nomor mu masih yang lama kan??”
“Iya...”
“Rhien Furqon udah telat,,duluan ya”
“Assalamualaikum”
“Walaikumsallam”
Furqon kamu gak berubah masih seperti dulu, baik, lembut....Tapi kamu akan selamanya jadi kenangan indah ku..
“Ma...Rhien pulang”
“Oh Rhien...Tadi ada temen kamu ke sini nyariin kamu Rhien....”
“Siapa ma”
“ Kalau gak salah Furqon...katanya malem nanti mau ke sini lagi..”
“kenapa ma?”
“ya gak tau”
Dasar sih Furqon buat orang deg-degan aja...aneh deh buat orang pusing aja...waktu SMA gak pernah bicara...jarang komunikasi...eh..malah maen ke rumah...
Bruuummmm.brummm..
Suara mobil pikir ku
“Rhien ada Furqon”
“Ya ma..”
“eh..Furqon..”
“Rhien bisa kita bicara sebentar?”
“ya...ada apa Qon”
“menurut Rhien jika ada seorang laki-laki udah lama cinta ma cewek,,dan dia juga sudah mapan...sebaiknya gimana?”
“Aduh...mau curhat ini...”
“aku serius ni Rhien...”
“OK...menurutku langsung nikah aja..kan gak bagus pacaran...lagian si pria dah mapan..apalagi yang mau dikhawatirin???”
“Rhien..Rhien mau gak jadi istri ku” Suara Furqon terdengar bergetar
Apaaaaa aku hampir pingsan mendengar kata itu...kata yang selama ini aku harap dan kutunggu..
“Gak salah Qon...Kitakan gak begitu kenal..nanti Furqon nyesel nikah sama Rhien” Bodoh...kenapa aku mengatakan itu,,, seharusnya katakan iya..
“Enggak Rhien...kitakan satu SMA,,,Dan aku rasa kita cocok..”
“Kenapa Furqon tiba-tiba bilang begitu??”
“Karena aku cinta pada mu Rhien...Aku ingin bersama selamanya dengan mu..Kamu tau Selama tujuh tahun ini aku memendam perasaan ini...aku ingin saat waktunya tepat kita bisa bersama...gimana Rhien??”
Kujawab lamaran Furqon dengan senyum termanis ku..yang menandakan bahwa aku bersedia menjadi permaisuri hatinya..
Astaga....selama ini ia mencintai ku dan jauh sebelum aku kenal dengannya dan mencintainya...selama ini ia merancang masa depan untuk ku,,,selama ini ia memendam perasaannya padaku,,,selama ini ia mencinntai ku dalam diam karena ia menghargai ku,,,
Terimah kasih ya Allah.... seperti kata Andrea Hirata “Bermimpilah dan Tuhan akan memeluk mimpimu”
..........................................

NAMA:DIAN OKTARINA
Kisah di Kantor Pos

Sekurang-kurangnya sepuluh atau lima belas orang,laki-laki dan perempuan berdiri dalam satu deretan panjang,berbaris dari belakang dan berhenti di ujungnya di depan sebuah loket. Di atas loket itu tergantung sebilah papan bertulis dengan huruf-huruf putih mungil.Memangil uang poswesel bertanda C.Biasanya poswesel-poswesel yang bertanda C,berjumlah di bawah seribu rupiah.
Yang berdiri paling depan dalam deretan itu,atau lebih tepat di katakan bergayut pada kawat ranjang loket adalah seorang lelaki berperawakan kurus kerempeng yang sekilas tampak seperti karung goni kosong yang di sampirkab ke jemuran,Kepala yang di bebani rambut kelabu dengan sewenang-wenang dan tak terurus itu seperti dipertahankan begitu saja di atas tubuh kurus kecil itu.Dan yang lebih menggangu iaiah pakaian yang menempel di badannya,selain kelonggaran tampaknya sudah berminggu-minggu belum pernah diganti.
Tambah lama tambah panjang juga jadinya deretan itu karena orang-orang yang baru datang terus saja tegak menyambung,Tapi jendela loket itu belum juga terbuka. Beberapa orang mulai bersungut-sungut dan malah sudah ada yang mengomel keras-keras karena sang pegawai belum juga tampak batang hidungnya.Dan deretan memanjang hingga menggangu lalu lalang ke loket lain.
Akhirnya,muncul juga pegawai yang di tunggu-tunggu.seorang wanita separuh baya,berkacamata,dalam gaun seragam lengkap dengan tanda pangkat kepegawaian yang terpampang di bahunya.Beberapa helai uban tampak di antara rambutnya yang tersusun rapi.Setelah duduk di mejanya,sekejap di tatapnya deretan panjang di muka loket itu,seakan-akan hendak di hitungnya jumlah mereka. Sesaat itu sekaligus membalasnya dengan lontaran rasa jengkel yang tersekat.
“Ayo,lekas Bung?”kata si Pegawai kepada orang pertama serentak derak jendela loket dibukanya.laki-laki kurus kecil itu serentak dan buru-buru di sodorkannya poswelnya ke loket.”punya kartu pengenal?”tanya si pegawai.
Dari saku celananya laki-laki itu mengeluarkan kartu yang di maksud dan sekali lagi menyodorkannya ke dalam loket.Si Pegawai kini mencocokkan tanda tangan dalam poswesel itu dengan tanda tangan yang tertera pada kartu pengenal, lalu ia mulai membanding-bandingkan potret dalam kartu dengan muka laki-laki di hadapannya.
Lakunya itu terang tidak memyenangkan laki-laki kurus kecil itu,tetapi dia tentu mengerti dalam hal ini ia tak biasa berbuat apa-apa.
“kedua tanda tangan ini agak berbeda satu sama lain.Dan potret ini,benarkah ini potret saudara sendiri?”tanya si Pegawai pada akhirnya.
“mengapa?itu potret saya dua tahun yang lalu.....”
“Dua tahun?Mengapa begini jauh bedanya?”
Laki-laki itu memandang tajam kepada si Pegawai itu dan urat-urat di wajahnya meregang serempak.Tapi ia tetap membisu.
“Apakah lantaran pandangan tajam itu,entahlah,si Pegawai itu kemudian berkatalah,”Ya,kali ini biarlah,tak mengapa.Sebaliknya Saudara ganti kartu pengenal dengan potret yang terbaru.Maklumlah. orang-orang sekarang rupanya lekas berubah jadi tua.Memang,sehari-hari zaman ini lebih serakah mengisap darah kita. Nah,beberapa jumlah yang harus Saudara terima?”
“Tiga ratus rupiah”.
Sambil menyerahkan uang dan kartu pengenal kepada laki-laki itu,si pegawai melanjutkan pula.”Coba lihat,dua tahun yang lalu,Saudara buat potret ini dan sekarang hampir tak bisa saya kenal lagi.”
Laki-laki itu menerima uang dan kartu pengenalnya kembali dan dengan diam-diam pergi dari situ.
Menyusullah kemudian orang kedua dalam deretan itu mendapatkan giliran dan begitu seterusnya, setiap orang bergerak maju saru demi satu,kedepan loket,menyodorkan poswesel masing-masing dan setelah mendapatkan pelayanan,mereka pun pergi berlalu.Banyak sudah yang telah mendapat giliran,baru datang pun mengalir terus,tiada putus-putusnya.Detik-detik mengelindingi bagai butiran-butiran kalung kosal bergerak bersama deretan panjang di muka itu.
Satu jam telah berlalu dan si Pegawai terus sibuk di mejanya,ketika tiba-tiba muncul kembali laki-laki kurus kecil yang pertama yang telah dilayaninya tadi,di muka loket seraya berkata,maaf Nyoya,saya menggangu lagi.Tidaklah.....?”
“Nona”sela si Pegawai,ketus.
Seketika laki-laki itu diam dalam termanggu,memandangi roman muka si Pegawai wanita.Ada sedikit rasa mual naik membayangkan di wajahnya.”Maaf,Nona,saya tidak tahu,”katanya kemudian.
“Ya,ya ada apa lagi?”desak si Pegawai.
“Tadi agaknya telah terjadi kekeruan ketika Nona membayarkan uang poswesel kepada saya,sebab.....?”
“Mana bisa keliru?”si Pegawai menyela dengan cepat.
“Seharusnya saya terima tiga ratus rupiah,bukan?”kalau tak salah,sekian itu angka yang tertulis dalam poswesel saya.”
“Coba saya lihat dulu,Saya masih ingat nomor poswesel saudara.”si Pegawai lalu memeriksa salah satu jalur dalam daftar yang terkembang di hadapannya, kemudian katanya,”Nah, ini Wesel nomor Satu Empat Tujuh dengan tanda huruf C. Jumlah uang Tiga ratus rupiah?”
“Tidak,”jawab laki-laki itu” Nona tadi memberikan kepada saya bukan tiga lembar ratusan, tetapi empat lembar. Jadi empat ratus yang saya terima tadi.”
Ada semacam perasan ganjil yang mengelitik di hatinya hingga hampir-hampir ia menjerit karenanya, itulah pula sebabnya ia bisa membuka mulut sesaat lamanya.
“Oh,Kalau begitu,saya kerilu. Benar-benar kerilu.”kata si Pegawai akhirnya dengan kemaluan-maluan.”Maklum,banyak kerja.Lagi pula lembaran-lembaran uang itu masih baru benar hingga mudah saja lengket karenannya, jadi saudara mau kembalikan uang yang seratus rupiah itu kepada saya,sekarang?”
“Betuk,Saya akan mengembalikannya kepada Nyoya.....?”
“Nona,”sela si Pegawai cepat.
“Oh,maaf. Mulanya saya akan kembalikan kepada nona seratus rupiah.Tapi saya dari rumah
Saya bersepeda kemari,tak terduga-duga ban sepeda saya meletus di tengah jalan.Terpaksa saya suruh orang menambalnya dan ongkosnya lima belas ribu rupiah. Selain,itu saya mesti menitipkan sepeda saya dekat kantor ini dan orang di sana minta bayaran lima rupiah,sisanya adalah delapan ribu rupiah, itulah yang akan sayya kembalikan kepada nona.Delapan puluh ribu rupiah?’ Lalu di sodorkan sejumlah uang yang telah disebutkannya itu ke loket.
Pegawai wanita itu mengeserkan kursinya ke belakang seolah-olah ia merasa cemas melihat hidung laki-laki kurus di hadapanya itu, Kacamatanya bergerak-gerak resah.
“Delapan puluh?”pekikinya.”Mengapa delapan puluh? Sungguh saya tak mengerti mengapa pula ban-ban sepeda yang meletus dihubung-hubungkan dengan soal ini?Oh, jangan berolok-olok.saya tak mau tahu,apakah ban saudara meletus dengan tiba-tiba atau meledak seperti bom hidrogen. Saya tidak mau tahu apakah saudara menitipkan sepeda itu atau melemparkannya di jalanan.Bahkan, saya kan tidak tahu apakah saudara memiliki sebuah sepeda.Dan saya memang tidak peduli semua itu,yang saya tahu pasti iaiah saudara telah mengaku dihadapannya saya dan semua khalayak di muka loket ini bahwa saudara telah menerima kelebihan uang kertas ratusan dari saya.Dan jumlah itulah yang harus saya kembali.Sesen pun tak boleh di kurangi. Ketahuliah,Uang itu bukan uang says,tapi milik negara.”
Kata-kata si Pegawai itu membrondong cepat bagai peluru-peluru yang mendesing memerahkan telingga laki-laki kurus kecil itu.Biji mata laki-laki itu melotot berputar-putar cepat seolah-olah hendak keluar dari kedua belah matanya.”Tapi Nona harus mengerti juga”, ujarnya kemudian dengan suara mengeletar.”Kedatangan saya kembali ini bukanlah menjadi urusan tapi semata-mata adalah Demi Kepentingan Nona......”
“Sudah saya bilang tadi:itu saya tidak peduli? “Jangan buang-buang waktu.Ayo,cepat kembalikan uang itu?”
Hura-hura itu menyebabkan deretan panjang yang mengatur tadi jadi bubar dan berantakan. Sekarang semua orang menggerundel dekat loket itu. Umumnya mereka sependapat bahwa peristiwa ini sesuatu yang menarik juga,Meskipun acuh tak acuh dan sebagiab telah menyimpulkan penelian-penelian.


CINTA SEPOTONG
OLEH: MASITA

Kadang aku tak mengerti mengapa insan di dunia ini begitu memuja cinta termasuk aku sendiri ( Wita ) .
Karena aku begitu mencintainya aku hampir saja melakukan kesalahan yang terbesar, aku hampir saja mengecewakan ke dua orang tuaku .
Waktu itu aku punya seorang pacar yang bernama Rio kami saling mencintai bahkan teman-temanku berkata pada kami bahwa kami adalah pasangan yang serasi, aku sangat bahagia karna aku merasa telah mempunyai pacar yang sangat mencintaiku .
Saat aku lulus Sma Rio orang yang pertama yang memberikan ucapan selamat padaku saat itu aku merasa orang yang paling bahagia, karna aku di dampingi dengan orang yang aku sayangi. Aku dan Rio setelah itu merayakan hari bahagia itu bersama teman- temanku .
Sampai pada saat aku masuk kuliah Riopun dengan senantiasa menemaniku dia selalu meluangkan waktunya untuk bersamaku. Tapi semua itu tak lama sifat Rio perlahan – lahan berubah terhadapku semula aku tak mau berprasangka buruk waktu itu aku hanya menganggap Rio lagi kelelahan karna Rio sudah bekerja seharian .
Sampailah saat puncaknya aku sudah tak tahan dengan sifatnya yang semakin hari semakin tambah berubah, akhirnya aku memberanikan diri untuk menanyakan hal itu padanya . Rio aku ingin bertanya denganmu mengapa kau akhir – akhir ini berubah sifatmu tak seperti yang dulu lagi, Rio yang aku kenal tak seperti ini, tapi Rio tak mau menjawab dia hanya diam saja dan anehnya pada saat aku dan Rio lagi bicara hpRio berbunyi, Rio mengangkatnya .Setelah itu Rio baru bicara padaku tapi kata – katanya itu bukan dari jawaban yang aku tanyakan .
Dari hari ke hari hubugan aku dan Rio terus menjauh walaupun aku dan Rio masih sering bertemu tapi kami tak lagi yang seperti yang dulu. Sampai suatu hari aku yang sedang jalan dengan temanku melhat Rio sedang berjalan dengan seorang cewek, awalnya aku biasa saja aku hanya mengira mungkin teman kerjanya tapi semakin aku perhatikan tingkah laku mereka bukan seperti seorang teman melainkan ada hubungan yang spesial diantara mereka.
Hatiku sangat sakit melihat penghiatan Rio terhadapku, siapa yang tak sakit hati melihat orang yang kita cintai selingkuh di depan mata kita sendiri .Sampai akirnya aku meminta Rio untuk datang ke rumahku, dan Rio pun datang,dengan tenang aku menghadapinya walaupun hatiku sakit dan aku berkata untuk mengaakhiri hubungan kami tapi Rio tak mau dia berusaha untuk mempertahankan hubungan kami yang sudah berjalan selama dua tahun.
Tapi aku tak bisa merpertahankan hubungan kita lagi, karna pacar kamu mengaku hamil dan itu tak mungkin bagiku untuk dapat memaafkanmu kau harus bertanggung jawab. Riopun hanya diam dia kaget kalau aku tahu pacarnya hamil .
Dan akhirnya kamipun putus sejak saat itulah aku selalu meragukan cinta, bukan aku tak menyukai pria tapi untuk dapat aku percaya lagi dengan itu bagiku susah ,Aku selalu berhatu – hati dalam urusan cinta .

SATU HATI
OLEH: CITRA SETIO WIDYAH

Udara pagi ini begitu sejuk, kicauan burung camar pun terdengar riang. Di depan pagar halaman rumah ku telah menunggu seorang laki-laki dengan mobil dan pakaian seragam SMA melempar senyum manja kearah ku yang tak lain adalah kekasih ku yang dua tahun silam mengungkapkan cintanya pada ku. Dio Rafael namanya, tepat hari ini tanggal 31 Januari genap dua tahun usia perjalanan kisah kami.
“Met pagi sayang!” Sapanya pada ku, membukakan pintu mobilnya dan mempersilahkan ku duduk.
“Gimana tidurnya tadi malem? Mimpi’in Io nggak?” tanyanya yang jayus.
“Nggak!” jawab ku jujur
“Sayang napa pagi ini diem banget?” lagi-lagi pertanyaan jayus yang ia lontarkan.
Aku masih terdiam. Entah mengapa pagi ini perasaan ku tak nyaman dan hati ku terasa ada yang mengganjal. Karna itu aku lebih memilih diam dari pada salah bicara.
“Sayang napa sih! Jutek ya?” Dio masih saja berusaha mengajaku berbicara dan aku hanya membalasnya dengan senyum hambar agar Dio tenang.
Hal ini memang biasa terjadi dalam keseharian perjalanan kami. Entah aku atau Dio yang tiba-tiba terdiam tanpa alasan yang jelas.
Tadi malam aku bermimpi, Dio memberi ku tiga potong tali lalu pergi sambil tersenyum berkata “ Sayang aku akan pergi dan kembali menjemput mu!”
Seperti biasa, dengan tingkah kocaknya. Dio berusaha menarik perhatian ku yang sejak tadi membisu dan tak lama kemudian tawa ku pecah dan kembali kami bercanda seperti hari-hari yang selalu kami lalui berdua.
“Sayang malam ini kita dinner bareng ya!” Pinta Dio.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk kecil. Sebenarnya pada dasar hati, hari ini aku ingin di rumah saja. Tapi, aku tak dapat menolak ajakkan Dio karena hari ini adalah moment penting bagi kami terlebih lagi Dio.
Sejak mimpi semalam, aku bingung menentukan sikap. Hati ini seakan bertanya-tanya dari setiap pikiran ilusi yang merajai jiwa. Ah, sudahlah! Ku coba menepis rasa resah yang sejak tadi pagi membuat ku terdiam tanpa tahu apa yang di permasalahkan.
“Sayang!” kata itu yang menyadarkan ku dari lamunan yang dari tadi membius akal fikiran ku beberapa saat.
“Sayang, udah nyampe! Napa bengong? Buruan turun, kita udah telat nih!” Sambung Dio.
Dio memarkirkan mobil dan turun menggandeng ku ke jalan setapak menuju kelas. Kelas ku dan Dio beda dua lokal. Dio menghantarkan ku sampai ke bangku duduk.
“Met belajar ya sayang!” kata Dio yang di akhiri dengan senyum manis dan lambaian tangannya.
Di bangku nomor dua dari depan pojok kanan, ku membayangkan hal-hal indah yang akan ku lewati bersama Dio malam ini. Berdua, ditengah kebusukkan malam dan Dio akan selalu bersama ku.
Tetttt… tanda pelajaran berakhir hari ini waktu terasa begitu cepat. Ku sudah mendapatkan Dio berada di samping ku kembali.
“Sayang tadi belajar apa?” tanya ku.
“Nggak! Tadi Io nggak konsen belajar. Abis, dari tadi Io di cuek’in!” Nada manja Dio mulai terdengar. Dio emang biasa nyebut namanya “Io”. Aku juga nggak tahu, katanya sih panggilan manja keluarganya.
“Ya udah. Maaf ya sayang!” Aku berusaha memperbaiki keadaan.
“Tapi, janji ya jangan gitu lagi!”
“Ia.” Jawab ku singkat.
“Sayang, nanti malem Io jemput jam 7. Sayang harus udah siap. Ok!”
“Ia, sayang. Mau mampir dulu nggak?”
“Nggak deh. Nanti malem aja, sekalian ngejemput sayang Io!”
Mobil Dio stop di depan pagar rumah ku.
“Makasih. Ati-ati ya sayang!” Kata itu yang ku ucapkan saat mobil Dio melaju meninggalkan pagar rumah ku.
Aku segera masuk dan menghempaskan tubuh di sofa kamar. Tak lama kemudian, ku dengar suara tapak kaki menuju kamar ku. Seorang wanita berumur 40 tahun tapi, tetap cantik dan bugar yang tak lain adalah bunda ku.
“Sayang, udah pulang ya! Mana Dio? Kenapa nggak mampir?” tanya bunda pada ku
“Dio bilang nanti malem aja ke sini. Sekalian kami mau dinner di luar. Bolehkan bunda!” renggek ku
“Jam berapa?” tanya bunda.
“Jam 7, Dio udah datang.”
“Ya udah. Sayang buruan ganti pakaian, maem, terus istirahat. Biar nanti malem sayang nggak ngantuk!” nasehat bunda.
“Ia Bunda!” jawab ku
Ku tanggalkan pakaian seragam SMA yang sejak tadi pagi membalut ku dan membuat ku gerah. Ku ganti dengan pakaian kaos berwarna pink dengan setelan sepan santai sedengkul. Segera ku ikuti nasehat bunda, menuju ruang makan dan seusainya beristirahat.
Tepat jam 6 sore, alarm yang ku setel membangunkan ku dari lelapnya waktu. Aku harus segera berdandan agar Dio tak lama menunggu. Mencocokkan gaun agar tak salah kostum. Dan memastikan perbandingan busana-busana itu sendiri. Bunda membantu ku dalam menentukan gaun yang pantas untuk ku kenakan. Mendandani ku secantik yang bunda nilai dan ku merasa amat senang malam ini. Karena aku akan segera bertemu dengan belahan jiwaku, kekasih ku, sang penggugah hati ku, atau apa saja yang dapat menafsirkannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 7. Dio sudah datang dengan pesona yang membuat hati ku terasa amat bahagia telah menemukan sesosok lelaki yang amat rupawan dan membuatku terkasima. Tampaknya Dio pun merasakan hal yang sama, Dio memandangi gaun yang telah membalut tubuh ku. Ditambah dengan make-up tipis yang memoles wajah dan lipstick mewarnai bibir ku.
Segera Dio berpamitan ke pada bunda. Lalu kami pergi ke Restaurant yang lumayan elite dan terkesan romantis. Di dalam mobil Dio membuka lagu yang lumayan mellow membuat hati ku semakin bergetar.
Akhirnya kami sampai ke Restaurant yang kami tuju. Dio sudah memesan tempat. Satu meja, dua kursi dengan lilin-lilin yang menemani kami, tempat itu di atas kolom renang, di permukaan air bertuliskan nama ku dan Dio yang tata rapi dengan hiasan yang begitu indah. Lalu Dio memberi ku kejutan dengan kembang api, yang paling membuat ku bahagia saat dio menggenggam erat tangan ku dan mencium jemari ku sambil berkata “AKU TAK BISA BILA KAU TAK ADA”.. sendung lagu-lagu romantis yang dibawakan oleh pianis mengalun merdu mendendangkan nada-nada cinta. Seperti hati kami yang saat ini menyatu.
Hal yang paling mendebarkan, ketika Dio memberi ku kotak kecil dan menyuruh ku membukanya. Ku lihat cincin yang begitu indah di balik kotak itu. Dio memakaikannya ke jari manis dan menatap mata ku dalam-dalam. Berkata “IKUTLAH DENGAN KU KEMANA PUN ITU AGAR AKU BISA SELALU BERSAMA MU”.
Aku merasakan suatu makna dari setiap ucapannya. Aku pun tak bisa bila Dio tak ada dan Aku ingin ikut kemana pun itu, asal ku bisa bersama Dio. Malam ini ku merasa damai. Pukul 9 malam kami selesai dalam perjamuan itu, sangat berkesan di hati ku.
Dio menghantarkan ku sampai rumah dan mengembalikan ku pada bunda yang sejak tadi menunggu kedatangan kami. Lalu Dio permisi pulang. Aku pun menuju kamar, mengganti pakaian tidur dan merebahkan diri ke kasur empuk ku. Sambil menunggu ucapan selamat tidur yang selalu Dio berikan melalui telepon.
Tapi, malam ini waktu terasa begitu lambat. Entah mengapa perasaan ku menjadi tak menentu. Tiba-tiba saja kegelisahan itu datang merajai hati. Terasa amat sesak meski ku tak tau apa penyebabnya.
Taukah kau, siapa yang ku fikirkan! Tak lain hanya diri mu, diri mu yang dua tahun silam membuat ku mengerti arti kasih sayang sesungguhnya, hingga kini. Sayang semoga kau baik-baik saja. Meskipun malam ini kau tak memberiku kabar.
Pagi ini, telepon rumah ku berdering. Entah mengapa seolah tak satu pun orang yang mendengaranya, Bunda, dan dua pembantu ku. Aku bergegas meyusuri ruang keluarga dan mengankatnya.
“Hallo?” sapa ku.
“Sayang! Segera ke rumah tante ya, ini mama Dio.”
Suara itu memang aku kenal dan bahkan amat mengenalnya. Mama Dio, benar mama Dio selalu memanggil ku sayang dan tidak pernah menyebutkan nama ku.
“Baik tante!” jawab ku.
Secepat mungkin ku berbenah diri dan bergegas menuju rumah Dio. Setiba ku disana terlihat sekerumunan orang berada di ruang tamu rumah Dio. Mama Dio ternyata sudah menunggu ku, dia terlihat sedih tapi tetap tersenyum dan memelukku dengan tetesan air matanya yang tidak dapat ditahannya.
“Sayang, kita harus sabar dan merelakannya” kata yang di ucapkan mama Dio ke pada ku.
Aku terdiam, ku coba untuk mencerna perkataan mama Dio. Aku terduduk lemas tak berdaya. Aku tak berani memikirkannya. Tentang mu!!
Aku sendiri di sini, dalam kebisingan tapi sepi pada ku. Hilang!! Tangis itu pecah dan aku tak bisa merasa. Bisu, hening, hampa ku seolah berada di puncaknya. Saat mereka berkata “ Kami turut berduka cita”. Ku harus relakan diri mu. Diri mu yang menemani hari ku, mengisi sepi ku, penghibur sedih ku, membuat tawa diantara perih ku dan kini aku kehilangan semuanya…
Kau pergi membawa belahan jiwa ku, ku tak sangup berdiri dengan setengah jiwa ini. Aku rindu senyum mu, sapa mu, canda mu, tawa mu, manja mu, kesal mu dan semua yang ada pada diri mu. Nyatanya yang ku dapat kini, satu tubuh terbujur kaku terbalut kain kafan. Matanya terpejam walau senyumnya masih dapat terlihat.
Hujan turun begitu derasnya, seperti hati ku yang teriris perih dan mengguncang jiwa. Baru tadi malam ku rasakan kebahagian yang tak dapat ter lukiskan. Saat semuanya begitu indah dan membuat ku terlena tapi kini membuat ku terpuruk. Ku mengikuti acara pemahkaman Dio hingga selesai. Sekali lagi tante memeluk tubuh ku dengan eratnya. Menceritakan kejadian tadi malam yang merengut nyawa Dio. Dio kecelakaan sepulang dari dinner kami, ia menabrak pohon karena menghindari turk. Dio sempat tersadar dan meminta mamanya agar tidak memberitahukan kepada ku. Tapi tak selang kemudian keadaan Dio semakin gawat dan koma. Dio di larikan ke ruang ICU, karena pembuluh otaknya pecah. Dan Dio tidak tertolong lagi. Setelah bercerita tante menghantarkan ku pulang ke rumah.
Bunda merasakan kepedihan yang ku rasakan. Setiba ku di rumah, ku tenangkan diri sejenak. Ku sadarkan tubuh di sofa kamar. Ku ingat setiap baris kenangan-kenangan yang kami lalui bersama. Entah mengapa, perasaan ku berangsur tenang. Dan aku tertidur.
Ini hari ke tiga dari ke pergian Dio. Hari ini aku ingin bermanja ke pada bunda dan berkunjung ke rumah Dio sekaligus menjenguk tante. Lalu aku makan masakan favorit bersama teman-teman dan terakhir ku menuju tempat di mana aku dapat bersatu dengan Dio untuk selamanya.
Ya, benar. Malam ini dalam tidur ku. Dio datang menyapa ku, ia terlihat baik-baik saja. Tangannya menggandeng ku, dan berbisik manja.
“Sayang, mari ikut bersama ku!” sapanya pada ku dan itu sangat aku rindukan.
Kami bermain-main di sebuah taman yang amat luas dan indah. Melewati jembatan lalu kami berjalan-jalan menuju tempat yang abadi. Aku mengerti, inilah arti dari mimpi ku “tiga potong tali” yaitu tiga hari kehidupan yang Dio berikan kepada ku dan benar perkataan yang Dio ucapkan pada mimpi ku. Dio menjemput ku setelah ke pergiannya itu.
Aku terlepas dari jasad ku, terbang keawang-awang. Dapat ku lihat tangis Bunda dan mama Dio yang saat ini berada di samping tubuh ku yang terkulai tanpa daya. Aku berfikir inilah jalan ku, karena seminggu yang lalu kami berjanji bila salah satu diantara kami pergi meninggalkan dunia maka sesegera mungkin yang satunya akan menyusul.
“Bunda, maafkan aku!” hanya kata itu yang dapat ku ucapkan.
Lalu Dio, tersenyum ke arah ku kemudian kami pergi bersama meninggalkan jasad ku. Dan aku sangat bahagia………..
***
UNGU TAKDIR KU
OLEH: NURMA ISLAMI
Curhat seorang janda kepada ku saat aku dan dia duduk-duduk diteras rumahnya, yang tak jauh dari rumah ku. Sang janda memiliki seorang anak perempuan hasil pernikahannya dengan sang mantan suami. Awal jumpa dengan sang mantan suami ketika sang mantan suami berkunjung ke tempat saudaranya. Yang mana tempat tinggal saudaranya itu tak jauh dari rumah sang janda itu, dan ketika itu sang mantan suami main kerumah sang janda berkenalanlah keduayan. Itulah detik-detik timbulnya rasa kagum bercampur dengan rasa sayang, ujar sang janda pada aku padahal banyak laki-laki baik,kaya, ganteng,dll . Yang dantang kerumah sang janda dengan maksud ingin meminangnya etah mengapa tidak ada yang membuat sang janda jantuh cinta. Sehingga sang janda menolak pinangan semua laki-laki itu, namun beda saat sang mantan suaminya bermaksub hendak meminangnya sang janda pun menerima pinangan san mantan. Pada hal sang janda baru seminggu mengenal sang mantan, lalu beberapa bulan sang janda dipinang kemudian mereka mengsungkan pernikahan di rumah sang janda dengan suasana sangat meriah.
Ceria menyelimuti hati mereka pada saat resepsi pernikahan mereka, setelah beberapa bulan mereka menikah, sang janda pun hamil. Sehingga serasa sempurna keluarnga kecil mereka, ketika sang janda hamil sang mantan suamipun sangat sayang pada sang janda. Apa yang di inginkan sang janda berusaha selalu di penuhi oleh sang mantan suami dia bekerja keras untuk menanti kelahiran bayinya. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang bayi perempuan, pada saat itulah detik-detik kehancuran rumah tangganya terjadi. Pada saat proses kelahiran bayinya sang mantan suami berujar bahwa dia tak suka anak perempuan, karena anak perempuan tak bisa di andalkan. Perkataan itu terucap tepat pada saat sang janda kesakitan,kelelahan, dll setelah melahirkan. Ujar sang janda, hati istri mana yang tak sakit mendengar ujaran seperti itu apa lagi yang berujar adalah suaminya sendiri. Bukankan semua anak sama saja, Selanjutnya kasih sayang sang mantan suami berubah 80% sangat sungguh menyedihkan ujar sang janda.
Ceriapun memudar berlahan dalam keluarga kecil mereka,keluarga kecil mereka selalu diliputi oleh keributan-keributan kecil. Yang semakin lama semakin membesar sang suami berubah 90% sering marah-marah tak jelas,dan sering menggucapkan talak dan pulang malam dengan keadaan mabuk. Suatu ketika sang janda berusaha mendekatkan anaknaya pada sang mantan suami, walaupun dia tahu sudah berkali-kali sang janda berusaha namun gagal. Usahanya kali ini pun gagal, malah sang suami tega berujar pada anaknya yang berusia 1 tahun lebih. Dengan ujaran” jangan ikut aku akut ibumu sana aku tidak suka dengan anak perempun” sambil memberikan anak itu pada sang janda. Dengan drastis anak itupun menanggis hingga tubuhnya memerah, dan keesok harinya anak itupun sakit. Sejak itulah sang janda berkeputusan untuk meng akhiri rumah tangganya dengan sang mantan suami. Ujarnya tak ada lagi yang perlu dipertahankan dari rumah tangga mereka, Sejak kejadian itu sang anakpun tak sudah takmau lagi disentuh oleh sang ayah, jika melihat sang ayah dia selalu menanggis ketakutan.
Bulatlah keputusan sang janda untuk meng akhiri rumah tangganya, namun ketika sang janda bersikukuh untuk berpisah,tetapi sang suami ingin tetap mempertahankan. Ujar sang janda sudah habis batas kesabaran ku untuk mu, kelakuan mu sudah terlewat batas. Walaupun sudah berkali-kali sang mantan suaminya mengajaknya untuk rujuk, tetapi sang janda bersikukuh pada pendirianya. Hingga akhirnya kini dia tetap hidup menjanda, namun dia merasa bahagia hidup menjanda dengan satu orang anak. Di banding pada saat dia hidup bersama sang mantan yang penuh siksaan batin, hingga badannya kurus sehingga terlihat tak berdaging. Kini sang janda hidupnya rumayan enak dengan hasil kerja kerasnya. Dia hidup bahagia bersama anaknya yang pitar dan rajin mengaji, dia berharap kelak anakya tidak tertiru sifat buruk ayahnya. Dan dia berharap kelak dia mendapatkan suami yang beriman dan menerima kekurangannya.
Dan sang jandapun memberikan saran kepadaku agar berhati-hati mencari pendamping hidup. Katanya, jangan hanya melihat kulit luarnya saja, kenalilah pendamping hidupmu kelak lebih mendalam. Dan jika mencari pendamping hidup haruslah beriman, menyayangi kita apa adanya dan tidak keras kepala, begitu pula sebaliknya untuk kita harus menjadi pendamping hidup yang baik. Igat lah jangan sampai menyesal seperti akucarilah pendamping hidup yang sehupup semati dan seiman. Biarlah cukup aku yang mengalami, karena mungkin ini adalah takdirku menjandi janda.

“ Sebuah Impian “
OLEH: HERA YUTAPISSA

Hari-hari yang cerah aku lalui selama berminggu-minggu dalam hidupku, telah meninggal sesuatu yang tak bisa pada diriku selama itu………..
Aku bingung tatkala hari masih jam 4 (empat ) subuh cuaca masih gelap sekali …….dan akupun sholat subuh setelah itu aku mandi, cuci muka, gosok gigi dan kemudian mencuci pakaian .
Udara sejuk menjelang siang dimana mataharipun mulai bersinar, akupun mulai siap-siap untuk pergi kuliah, begitu bergairahnya ketika sampai kampus teman-temanku belum ada yang datang sangking semangatnya . Karna aku tak mau mengecewakan kedua orang tua –Ku ………mereka sangat berarti dalam hidupku ……………..! Tapi di suatu ketika aku dan keluargaku mendapat musibah yang terbesar dalam hidupku ………
Akupun berusaha untuk bersabar dalam musibah ini, karna di balik semua itu pasti ada hikmanya dan saat itulah aku merasa lemah, tapi aku berusaha untuk bisa bangkit dan semangat karna aku tidak mau menjadi orang yang lemah.
Sampai akhirnya sedikit demi sedikit aku bisa melupakan musibah yang aku alami, di saat itulah aku mulai sadar bahwa setiap apa yang di berikan oleh Tuhan hanyalah sementara dan semua itu hanyalah titipan …………..!
Tapi aku bersyukur karna semua itu telah kembali seperti semula. Akupun merasa tenang semoga kebahagiaan ini selamanya aku dapati dalam kelurgaku dan hidupku………..Amin .

karya: SUNARSIH ( 2007 112 068)
Kelas: VI.B

MENGEJAR MIMPI


Masih lekat di ingatan satria anak SMP yang memiliki tinggi badan 160cm bermata bulat, berhidung mancung dan berkulit kecoklatan siang itu satria menyaksikan sendiri dengan mata kepalannya. Ayahnya terbujur kaku tak bernyawa lagi karena sakit yang di deritanya, saat itu satria masih duduk di bangku kelas V SD . Ayah yang seharusnya menjadi tulang pungung keluarga, Kini telah tiada. Semenjak kejadian itu satria bekerja membanting tulang untuk menyambung hidup dan membantu meringankan beban ibunya yang bekerja sebagai buruh tani.walaupun tinggal di gubuk yang terbuat dari anyaman bambu berukuran panjang dan lebar 3x4 meter dengan atap rumah yang bocor namun Ia tak pernah mengeluh, setiap pagi satria selalu membangunkan warga dengan suara azan yang ia kumandangkan dimasjid yang ada tak jauh dari rumahnya, ia tak pernah lalai dalam mengerjakan sholat karena satria yakin kalau ia mendekatkan diri dengan sang pencipta maka Allah akan menunjukan kebesarannya.sepulang dari masjid -satria bergegas kepasar bukan untuk membeli jualan yang ada dipasar namun untuk bekerja sebagai kuli sayur. sayuran dari pedagang yang ada di mobil ia pikul, upah untuk satu karung sayur Cuma 700rupiah cukup lumayan untuk meringankan beban emak katanya, satria berhasil mengangkut 20 karung sayuran ia mendapat upah 14000 rupiah “ alhamduliah kata satria Allah telah memberiku rezeki hari ini”, 6000rupiah dari uang upahnya memikul sayuran tadi ia belikan beras.
Sepulang dari pasar satria bergegas pulang ke rumah untuk membersihkan badan dan memakai seragam SMP,” mak ini satria beli beras 3kg Mungkin cukup untuk kita makan satu minggu…” (mak meneteskan air mata mendengar perkataan satria).” Mak jangan menangis kata Satia, Satria ikhlas membantu emak…Satria berjanji Satria akan belajar dengan giat supaya kelak nasib kita bisa berubah”Satria menghapus air mata maknya dan mencium tangan maknya dan langsung berangkat ke sekolah di perjalanan Satria menemukan dompet berwarna coklat “ astaqpirulahhalazim….dompet siapa ini kata Satria ( sambil menoleh kekiri dan kanan) ah…aku ambil saja dompet ini katanya dari pada di ambil orang”( setelah di buka ternyata isi dompet itu membuat satria tercengang) haaaa………dilihatnya dompet yang berisi uang kurang lebih enam juta rupiah & beberapa kartu ATM ternyata dompet itu milik Pak Febrianto berdasarkan identitas yang ada dalam KTP dompet tersebut
” aku harus mengembalikan dompet ini kepada pemiliknya kata satria, tapi….....bagaimana aku mengembalikannya akukan tak tau yang mana pak Febrianto itu…karena di KTP itu alamat yang tertulis bukan alamat desa tempat tinggalnya
.( sambil mengaruk- garuk kepala aha….kata satria aku serahkan ke pak Kades saja dompet ini katanya di dalam hati)
satria pun menunda perjalanannya ke sekolah karena orang yang punya dompet ini pasti sedang bingung mencari dompetnya. Setiba di rumah pak Soleh Kepala Desa Banyu mas desa satria. Tok..tok..tok…., Assalammualaikum satria mengucapkan salam”, walaikumsalam kata bu Andin istri pak kades, eh…nak satria rupanya….kata bu Andin yang memiliki tinggi badan 155cm berkulit putih dan bermata sipit ini dengan ciri khasnya yang selalu memakai jilbab”ada perlu apa ya nak ? tanya bu Andin kepada satria.
Pak kades ada bu……..tanya satria” ada…eh masuk dulu sebentar ibu pangilkan dulu bapak ada di belakang” tak lama kemudian pak soleh keluar. Ada apa sat ………? Eh…begini pak tadi pagi saya menemukan dompet di jalan satria pun menunjukan dompet yang ia temukan kepada pak kades……wah banyak sekali uangnya….ucap pak kades, hem…dompet ini ternyata punya pak Febrianto ucap pak kades…..”. ya…sudah pak kalau bapak mengenalnya saya yakinkan saja pak kades yang mengembalikan dompet itu kepada pemiliknya. Satria pamit pulang dulu ya pak….ujar satria
”. Ya…terima kasih ya nak kata pak kades”, sama – sama pak Asalamualaikum akhir kata dari satria walaikumsalam jawab pak kades
. Beberapa hari setelah kejadian satria menemukan dompet itu, tiba-tiba mak dikejutkan dengan kedatangan pak kades bersama beberapa orang. Selamat pagi buk sapa pak kades”, pagi pak …….,jawab bu yeni emaknya satria, ada urusan apa ya pak? Begini buk…eh.. kenalkan dulu buk..ini pak Febrianto beliau dari Jakarta, dua hari yang lalu satria menemukan dompet pak Febrianto dan sebagai tanda terima kasinya pak Febri ingin mengucapkan terimakasih secara langsug kepada Satria” tapi pak Satria sedang di sekolah mungkin sebentar lagi dia pulang”, kalau begitu buk kami tunggu saja …..ya silah kan masuk pak kalau mau menungu Satria kata mak beginilah pak tempak kami seadanya kata emak…..”.pak Febri liris melihat tempat tinggal satria dan emaknya tak lama kemudian Satria pulang, assalammualaikum kata satria, walaikumsalam jawaban serempak dari dalam gubuknya menjawab, hem…..ini pasti satria ya…? Ucap pak Febri, benar pak kata pak kades, Satria ini pak Febrianto yang dompetnya kau temukan kemaren”( Satria menyalami pak Febrianto dan duduk bersila….karena memang di tempak satria tidak mempunyai kursi) benar kamu yang menemukan dompet
bapak ? Tanya pak Febri” ia benar pak , tapi sedikitpun saya tidak menganbil uang dari dompet itu, jantung satria berdegup..degup” ya uang di dompet bapak memang masih utuh tak ada yang hilang” bapak kesini mau mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada satria, sekaligus bapak ingin mengangkat satria sebagai anak “ Tapi….bantah satria bagaimana dengan emak aku tak akan pernah mau pisah dengan emak”( satria memeluk emaknya erat- erat) kamu tenag saja kalau kamu bersedia nanti ibumu juga akan tinggal bersama kita karena bapak sudah 15 tahun menikah namun belum juga di karuniahi anak, istri bapak pasti akan senang karena kamu anak yang jujur. Emakmu nanti bisa membantu- bantu pekerjaan rumah karena istri bapak juga sibuk bekerja, untuk biaya sekolah nanti semuanya bapak yang tanggung sampai kamu kuliah, ALLAHHUAKBAR…. Mak langsung sujud syukur terima kasih pak atas kebaikan hati bapak, sejak saat itu satria dan emaknya tak lagi tinggal di desa mereka tinggal di kota bersama pak Febrianto dan Istrinya.

Sepuluh tahun kemudian satria tumbuh menjadi lelaki yang gagah yang dulu tingginya hanya 160cm sekarang memikiki tinggi badan 180cm. sekarang ia telah menjadi orang yang sukses setelah menyelesaikan S2nya di Amerika Satria pun bekerja di perusahaan ternama dan apa yang Satria mimpikan kini telah menjadi nyata.satria pun telah menghantarkan emaknya ke tanah suci …sesuai apa yang di impikan emak satrio yakni pergi haji.


Nama : Desi Gumalasari
Nim : 2007112184

"Keperihan Cinta"

Cinta merupakan anugrah yang paling indah, namun terkadang cinta itu bisa menyakitkan…..Akan tetapi bila kita menjalankan cinta itu dengan kepercayaan maka akan terbentuknya cinta yang setia. Cinta juga lambang kesetian bagi setiap manusia tidak munafik semua manusia pasti menginginka cinta begitu pun dengan diriku…..
Pagi itu hari cerah dengan indahnya awan, udara yang segar seakan membuat hatiku sejuk dan tenang!!!!!!
Ada sesosok gadis yang sangat manis, baik hati, sopan, jujur dan penolong ia bernama “Talita” tapi sich sering dipanggil oleh para temenya “tita” dia salah satu mahasiswi universitas swasta yang berada di palembang.
Pagi itu “tita” yang sering di sapa temannya ingin pergi kuliah....lalu ”tita” cewek manis dan modis itu berpamitan kepada mama nya...
“Mama…mama…..”tita” pergi kulia dulu yach ma!”
“tita, kamu belum sarapan nak”jawab mamanya…
“Entar aja dech di kampus”
“Pergi yach ma….Asalammualaikum”
“Wa”alaikum salam, hati-hati yach tita”
“Okey dech mama…..”
Sampainya di kampus “tita” bertemu dengan kedua sahabatnya yang bernama “Ria” dan “Rita”…….
“Ria” cewek manis, pintar dan baik hati tapi sich ria itu akwat banget…….Nah kalau “Rita” cewek jaim tapi sich rada-rada emosional banget……….kalau mereka udah berkumpul duch ramenya minta ampun…..hehehehehehehe
“Hai ria dan rita apa kabar?”
“Duch kenapa nich kok kayaknya sahabat kita ini lagi senengnya mintak ampĆ³n”
“Ia, nich seneng banget”
“Cerita dunkz”
”Duch aku baru kenal am cowok nich, kayakna dia baik banget nich am ”tita”...
”Cowok.....cowok mana tuch, kenalin dunkz......”
”hem...hem...hem...”
Mereka bertiga pun pulang kuliah bersama sama,,keesokan harinya pun cewek manis dan modis itu jalan bareng tuch ama gebetannya istilahnya zaman sekarang Ngedet.....duch tita seneng banget nich habis jalan bareng am gebetannya....
Sebulan kemudian tita pun berpacaran sama gebetannya itu,,,,Cwok cakep, putih yang bernama ”Rico”....Dia juga salah satu mahasiswa universitas swasta yang ada di palembang.......
Rico dan Tita pun berpacaran duch mesra banget tuch kayakna dunia miliknya berdua.
Tita cewek penyuka warna pink itu duch kelihatan kalau dia sayang banget ama rico..
Keesokan harinya tita pun bergegas untuk pergi kuliah dengan wajah yang bahagia ia pun langsung tancap ke kampus. Sampai dikampus ia pun tampak bahagia. Ketika tita lagi asik duduk sambil SMS’an ”Ria” pun datang. . .
” Hai, tita sapa Ria”
” Tita menjawab, hai juga sahabat ku”
” Duch bahagia banget nich sahabat ku”
” Ia, nich kemaren aku habis jalan am rico”
” Awas nanti kamu di permainkan rico”
” hahahahahaha.....kamu lucu ria”
” lucu kenapa”?
” Ia, kok kamu bilang bahwa akan di permainkan”,
” Ia, aku takut aja kalau sahabat aku dipermainkan”
Satu minggu pun berlalu tita dan ria saling curhat-curhatan, tita curhat kepada ria bahwa pacarnya sangat sayang kepada tita, ria berkata kalau kamu bahgaia akupun ikut bahgia, terima kasih yach ria kamu adalah sahabtku yang paling mengerti aku.....
Sebulan pun berlalu tita dan rico sangat dekat, akan tetapi tita sedikit curiga kepada rico tidak biasanya rico bersikap seperti itu, akhirnya tita pun mengetahui bahwa rico telah menghianatin tita.........
Tita pun langsung memutuskan rico tanpa dengar penjelasan dari rico,,,,Ketika kedua sahabat tita mengetahui hal itu Ria dan Rita pun akhirnya kaget mendengar tita dan rico putus. Malam harinya rico menelpon tita bahwa rico sangat menyesal dengan perbuatanya dan rico ingin mengajak tita untuk berpacaran kembali tapi tita dengan tegas menjawab tidak karena tita sudah terlanjur sakit di bohongi oleh rico......
Keesokan harinya tita menuju kampus dengan semangat,ceria tanpa ada kesedihan diwajahnya.....karena bagi tita kesedihan boleh terjadi satu hari saja hari besoknya harus di jalani dengan semangat ya walaupun tita sering iri melihat teman-temanya jalan am pacarnya....karena bagi tita Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan dari mulut ke mulut tetapi cinta adalah anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia dapat menilai kesuciannya......dan akhirnya "talita" atau tita mendapatkan sesosok pria yang benar-benar mencintainya.....Tiga tahun kemudian mereka menikah dan hidup bahagia....


NAMA : SEPTY CHAYSAR HANDAYANI
NPM : 2007112449
SEMESTER : 6B
CINTA SEGITIGA

Di sebuah gereja yaitu gereja kristen sumatera bagian selatan ada sepasang kekasih yang sangat serasi dan ideal mereka bernama Romi dan Keren. Keren adalah seorang pianis dan Romi adalah seorang gitaris digereja itu, alunan musik yang mereka mainkan untuk mengiringi kebaktian di gereja sangat lah indah dan mereka yang selalu ditunjuk untuk mewakili gereja disaat ada acara. Mereka sudah lama berpacaran tambah dan kurangnya tiga tahun tetapi hubungan mereka pun renggang oleh karena ada seorang gadis yang baru pindah ke gereja itu, gadis itu bernama Cristin. Romi terpesona dengan Cristin karena kecantikannya dan juga dengan suaranya yang sangat merdu.
Di suatu ketika, sepulang dari gereja Romi ingin mengantar Cristin pulang. “ Hay Cris aku antar pulang ya? “kata Romi, Critin pun mau dengan tawaran Romi karena ternyata Cristin pun tertarik dengan Romi karena kepandaiannya memainkan gitar, Cristin pun menjawab” “ya aku mau kamu antar pulang” akhirnya mereka pun pulang bersama tanpa menghiraukan Keren. Di situ Keren masih sabar, tetapi lama kelamaan tindakan Romi dan Cristin semakin tidak wajar dalam berteman, sepertinya benih-benih cinta mulai tumbuh di dalam hati mereka masing-masing, mereka sangat kelihatan romantis. Itu semua membuat Keren sadar bahwa Romi tidak menginginkannya lagi.
Keesokan harinya Keren memutuskan untuk pergi keluar kota karena tidak tahan melihat kemesraan Romi dan Cristin. Sebelum Keren pergi, keren menemui Romi. Romi aku tau bahwa sekarang kamu sedang dekat dengan Cristin tapi Romi apakah kamu tidak memikirkan perasaanku? Aku sangat mencintaimu Rom “kata keren. Romi hanya diam seribu bahasa tidak bisa berkata apa-apa lagi, lalu Keren pergi tanpa mengucapkan kata perpisahan.
Hari minggu Romi kegereja, dia merasa ada yang kurang dalam gereja itu, setelah dipikirnya baru dia sadari bahwa Keren tidak ke gereja, sepulang dari gereja Romi kerumah keren dan bertanya kepada ibu Keren “Ibu Kerennya ada? Kenapa Keren tidak kegereja hari ini? Apa keren sakit bu?” jawab ibu keren “ Memang nak Romi tidak tahu kalau Keren keluar kota?” dengan nada terkejut Romi berkata “ keluar kota bu! Saya tidak tau karena Keren tidak memberitahu saya bu, ya sudah kalau begitu bu saya pamit pulang dulu” “ ya hati-hati nak” jawab ibu Keren. Romi pun pulang dengan wajah yang sangat kecewa karena Keren pergi tanpa berpamitan dengannya.
Tak lama Keren pergi Romi dan Cristi pun berpacaran dan kabar itupun terdengar oleh Keren, Keren pun mersa sakit hati tetapi masih mencintai Romi. Akhirnya Keren pun mencoba untuk bersabar dan berdoa “Tuhan Yesus bila engkau mengizinkan aku ingin tetap hidup bersana Romi tetapi jika Romi tidak bahagia hidup bersamaku aku rela melepasnya untuk orang lain. Tuhan aku berharap suatu saat aku bisa kembali lagi seperti dulu dengan Romi. Amen”
Dua tahun kemudian Keren pulang dan hari minggunya ke gereja, Keren heran karena tidak bertemu denga Cristin dan gitaris gereja pun bukan Romi lagi, setelah dilihat di sekelilingnya ternyata Romi duduk di kursi paling belakang. Waktu pulang dari gereja kerenpun menghampiri Romi sambil menepuk pundaknya. “Hay Rom apa kabar?” Romi pun terkejut “ Keren apakah ini benar-benar keren? Apakah aku hanya bermimpi?” “kamu tidak bermimpi Rom ini aku Keren” kata keren, “ Kamu tambah cantik Ren kemana aja kamu selama ini bertahun-tahun menghilang tanpa jejak dan tidak pernah kasih kabar?” tanya Romi, “Aku tidak kemana-mana Rom hanya kerumah nenekku saja” jawab Keren, “Pergi kerumah nenek sampai bertahun-tahu?” kata Romi, “Iya memang tidak boleh?” kata Keren, “Rom mana kekasihmu kok tidak keliatan?” tanya keren, “Keliatan kok ini dia ada di depanku” jawab Romi, Keren pun langsung melihat kebelakang dan tidak melihat siapa-siapa, baru Keren sadari bahwa Keren yang dimaksud oleh Romi karena dialah yang ada di depan Romi saat ini. Keren pun berkata “Romi ada-ada saja yang aku maksud Cristin” “Keren aku sadar bahwa tindakanku waktu itu salah karena aku tidak menghiraukanmu setelah hadirnya Cristin, aku fikir aku cinta dengan Cristin ternyata aku salah aku tidak mencintainya tetapi aku hanya mengaguminya, dan aku sangat mencintai kamu Ren aku merasa kehilangan waktu kamu tidak lagi di sampingku Ren, aku ingin kita seperti dulu lagi Ren” kata Romi, “Tapi... tapi Cristin bagaimana Rom? Aku juga sangat mencintai kamu Rom tapi apa kata Cristin nanti Rom aku tidak ingin membuatnya sedih karena aku pernah merasakan hal tang sama Rom” jawab Keren, “ Cristin sudah menikah dua bulan setelah kamu pergi Ren dan dia sudah punya anak dia sudah tau kalau aku mencintaimu Ren sebelum dia menikah karena itu dia meninggalknku karena dia tau bahwa aku tidak bisa hidup tanpamu, Keren aku tau kamu masih ragu denganku dan untuk membuktikan cintaku padamu nanti malam aku akan melamarmu kalau kau mau, Maukan kamu jadi pendampingku Ren?” kata Romi, Di situ Keren menangis tersedu-sedu dan memeluk Romi sambil berkata “Tuhan telah mengabulkan doaku ternyata cinta masih berpihak padaku Trimakasih Tuhan atas berkat yang kau berikan, Romi aku mau jadi istrimu”
Semua orang gereja yang belum pulang menyaksikan kebahagiaan mereka dan bersorak sorai. Akhirnya mereka pun hidup bahagia selamanya tanpa adanya orang ketiga lagi.

JANGAN MENANGIS
OLEH: RAHMANIA

Langit tak selalu cerah, awan silih berganti bersama angin….., seandainya waktu bisa diputar kembali maka Saya tak ingin berjumpa dengannya… “Mengapa Harus Ada Pertemuan jika Akhirnya Tidak Bersatu”…;(
“Geulis mengapa melamun”, sapa Asep yang menyadarkan lamunan Geulis dengan seketika…
“Eh… Asep!! Ngak kok, Saya ngak melamun atuh…” Kapan Asep sampe disini?? Jawab Geulis.
“Tuh kan melamun!!! Saya sudah sampe tiga puluh menit yang lalu Neng…”
Ooo… gitu y??? jawab Geulis yang menghela napasnya kemudian meranjak duduk di bawah pohon yang rindang di ujung danau kecil kampus mereka, kemudian disusul oleh Asep…
“What happen atuh naon Neng?? Mikirin Denish ya?? Gimana sudah dapat jawabannya??? Jawaban terbaik adalah jawaban yang tidak berdasarkan pikiran atau perasaan saja tetapi keduanya saling berhubungan, pikiran yang jernih dan perasaan yang bersih akan menghasilkan jawaban yang terbaik… Asep memberikan pandangan kepada Geulis atas masalah yang sedang dialami sahabat kecilnya itu…
Hehe.. siapa yang mikirin “Buaya Darat” itu… wow itu ma cerita lama yang sudah ditutup rapat-rapat di dalam lembaran buku diary dan gak boleh terbuka lagi karena kuncinya sudah hilang dan gemboknya juga sudah karatan tidak bisa dibuka dengan apapun…. Jawab Geulis yang telah menutup rapat ceritanya dengan Denish…
Owowow… sekarang julukannya “Buaya Darat” yach!! Gak lagi “Pangeran Berkuda Putih Qu”.. sindir Asep yang menggoda sahabatnya…
Dari dulu memang seperti itu kok julukannya… kan “Pangeran Berkuda Putih” orangnya… orangnya…. Geulis terdiam didalam hatinya Ia berkata seandainya engkau tau Asep, pangeran berkuda putih Saya adalah Engkau sahabat.. tapi perasaan ini harus Saya simpan karena Saya tau engkau telah memiliki seorang “Bidadari” yang sangat angun dan menawan… kini engkau adalah saudara terbaik yang Saya miliki… Geulis tertunduk meneteskan air mata harunya…
Eits… Neng mengapa menangis….?? tanya Asep yang penasaran atas sikap diam Geulis…
Hem.. hem… gak kok Kang, Neng gak nangis, mata Neng kemasukkan debu nieh… jawab Geulis yang berusaha menutupi perasaan yang bergejolak di hatinya…
Mengapa sahabat qu kini berubah yah?? Masa gara-gara putusan sama seorang Denish Ata’allah Pratama saja langsung mengalirkan air matanya… dulu sahabat qu tidak pernah begini, putusan sama Abil malah tersenyum dan tertawa lebar, padahal Abil telah sesuai dengan kriteria Geulis yaitu laki-laki yang sholeh, cerdas, dan berpostur tubuh tinggi, Asep sempat tidak mengerti mengapa Geulis bisa menerima Denish?? Walaupun Asep tau mengapa Geulis memutuskan Abil tanya Asep kepada Geulis.
Aduh..duh..duh… Akang Asep, mengapa Asep mengingatkan Geulis dengan Abil jadi kangen sama Abil….gimana kabarnya disana ya?? pasti Dia sekarang lagi sibuk merancang bangunan-bangunan megah di kota “Serambi Mekah”….hehe, Abil… Muhammad Nabil, ST., …seorang arsitek yang hebat Mengapa Geulis menerima Denish?? Asep pernah denger lagunya Resti… yang reffnya… “Ku hindari kau…. jatuh cinta karna Aku Cuma coba-coba, Cuma coba-coba…” hahaha….yup, Asep tau kan gimana Geulis.. selama ini Geulis penasaran ma tu anak… sifatnya aneh makanya Geulis ingin mencari tau mengapa Dia bisa begitu…. ya karena jawabanya telah ditemukan maka Saya tidak berani tuk coba-coba lagi, takut atuh ntar bener-bener jatuh cinta… wah bisa bahaya tuh kalo Saya akhirnya bersamanya… Apa kata Dunia….hehe.
Dasar neng Geulis yang aneh…. Geulis tau sejak dulu Asep selalu berdoa untuk bidadari qu tersayang dan tercinta agar ia mendapatkan kebahagian dan Saya berharap bidadari itu terus melukiskan senyum termanis di wajahnya bukan aliran air mata yang sia-sia mengalir di wajahnya, siapakah bidadari itu?? Geulis mau tau?? Tanya Asep sambil menatap wajah Geulis…
Geulis sedikit aneh melihat tatapan Asep yang penuh makna dengan terbata-bata Geulis menjawab… “eee.. si…apa… siapa atuh Kang bidadari yang beruntung itu??
“Kamu Geulis…” Asep mengungkapkan perasaannya yang selama ini ia simpan di hatinya. Asep memberanikan diri mengungkapkan perasaannya kepada Geulis karena selama ini Asep tak mampu mengungkapkan perasaannya itu ketika melihat Geulis selalu melukiskan senyuman di wajahnya saat ia bersama yang lain… tetapi kali ini wajah sahabat kecilnya itu mengalirkan air mata yang membasahi pipinya saat ia sendiri…
Kang Asep… mengapa Asep berbicara begitu… Geulis terdiam dan terperajat matanya berbinar dan akhirnya mengalirkan air yang membasahi wajahnya… mengapa penyesalan selalu datang terlambat… gerutu Geulis… Asep tahu Geulis selalu berdoa agar Asep mendapatkan yang terbaik, dan Meysun adalah bidadari yang sangat luar biasa yang bisa membahagiakan Asep. Meysun adalah bidadari terbaik buat Asep saat ini dan sampai kapanpun… Meysun sangat mencintai Asep sebelum Geulis tahu bahwa perasaan ini berkata Saya pun mencintaimu… tapi semuanya telah terlambat karena Meysun telah mengutarakan perasaannya itu terlebih dahulu kepada Saya, kalau Dia sangat menggagumi dan menyukaimu… Meysun adalah sahabat Saya dan Saya ingin Dia bahagia bersamamu walaupun hati ini menangis tapi harus Saya ikhlaskan itu terjadi…. itu lah Asep alasan mengapa Geulis tidak menerima cintanya Asep… selain itu Asep sudah seperti saudara Saya, inget waktu kecil kita telah menghabiskan massa kecil bersama…. Geulis berusaha menahan air matanya yang jatuh dari mata sayunya…. Sambil tersendat-sendat Geulis berkata..”Saya tak ingin bersama seseorang yang selalu mengalahkan Saya dalam bermain Jajangkungan dan Oray-orayan, ingat tidak saat bermain oray-orayan Geulis selalu tidak berhasil menggapai ujung baju Asep, ketika berhasil eh…, Geulis terjatuh….
Iya dulu Asep selalu menang karena Asep ma hebat oi… ungkap Asep, Geulis masih inget saat main Paciwit-ciwit Lutung, tangan Asep selalu merah karena Geulis nyiwitnya sakit sekali… gerutu Asep..
Oo kalau itu Geulis ma sengaja… haha, masih ingat nyanyiannya…
Paciwit-ciwit lutung,
Si Lutung pindah ka tungtung,
Paciwit-ciwit lutung,
Si Lutung pindah ka tungtung
Geulis berusaha tertawa dan Asep pun akhirnya ikut tertawa.. kedua sahabat itu tertawa sambil menggenang massa lalu yang telah berlalu…. Hehehe…
Yup, kini Aqu telah memiliki dua bidadari yang luar biasa yaitu Meysun…. dan Geulis akan tetap menjadi bidadari dalam hatiqu karena Geulis adalah saudara terbaik yang aqu miliki sampai kapanpun… kemudian Geulis adalah sahabat yang paling manja yang qukenal.. Nayla Geulis Irneta…. Dalam setiap sujud qu… qu panjatkan doa kepada sang pemilik kehidupan agar Yang Maha Pengasih memberikan yang terbaik untukmu…
Amin, terimakasih Asep…. Semoga doamu dikabulkan oleh Yang Maha Pengasih, hem… Saya yakin untuk saat ini Allah belum mempertemukan Saya dengan seseorang itu karena kami masih dipisahkan gunung, dipisahkan lautan yang luas, dan tertutupi hutan yang lebat…. Suatu saat nanti Saya berharap ketika Saya bertemu dengannya semua pembatas yang memisahkan Saya dengannya bisa dihapus oleh tiupan angin yang bisa mepertemukan kami dalam ikatan yang di ridhoi oleh Yang Maha Pengasih dan kelak kisah cinta kami akan terukir indah selamanya dengan tinta kasih sayang kepada Sang Khalik di dunia dan di akhirat…. Ungkap Geulis.

Disaat kau masih begitu muda
Kau tak ingin memikirkan hal yang Rumit
Tapi disaat semua orang sudah mulai melangkah
Dan mulai mencoba untuk mencapai impian bersama
Apakah kau masih tak ingin memikirkannya??

Kau begitu beruntung…
Karena setiap yang datang padamu
Bukanlah seorang yang bisa menyakitimu
Melainkan mereka adalah orang yang begitu menyayangimu
Memperhatikan dan mengerti dirimu…
Tapi apa yang bisa kau lakukan jika kau tetap mati rasa??
Dan hanya terus berjalan tanpa kata-kata….